Terkadang, tak peduli berapa banyak orang di sekitarmu, kamu merasa sepi. Hanya karena kamu berharap dia yg kamu cinta ada di sisi.
Home » » Letak Kesyirikan Shalawat Nariyah

Letak Kesyirikan Shalawat Nariyah


Letak Kesyirikan Shalawat Nariyah

Shalawat nariyah telah dikenal oleh banyak orang. Mereka beranggapan, barangsiapa membacanya sebanyak 4444 kali dengan niat agar kesusahan dihilangkan, atau hajat dikabulkan, niscaya akan ter-penuhi.

Ini adalah anggapan batil yang tidak berdasar sama sekali. Apalagi jika kita mengetahui lafazh bacaannya, serta kandungan syirik yang ada di dalamnya. Secara lengkap, lafazh shalawat nariyah itu adalah sebagai berikut,

“Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan yang sempurna untuk penghulu kami Muhammad, yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik, serta diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, dan semoga pula dilimpahkan untuk segenap keluarga, dan sahabat-nya sebanyak hitungan setiap yang Engkau ketahui.”

Aqidah tauhid yang kepadanya Al-Quranul Karim menyeru, dan yang dengannya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam mengajarkan kita, menegaskan kepada setiap muslim agar meyakini bahwa hanya Allah semata yang kuasa menguraikan segala ikatan. Yang menghilangkan segala kesedihan. Yang memenuhi segala kebutuhan dan memberi apa yang diminta oleh manusia ketika ia berdo’a.Setiap muslim tidak boleh berdo’a dan memohon kepada selain Allah untuk menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakit-nya, bahkan meski yang dimintanya adalah seorang malaikat yang diutus atau nabi yang dekat (kepada Allah).

Al-Qur’an mengingkari berdo’a kepada selain Allah, baik kepada para rasul atau wali. Allah berfirman,

“Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan siksaNya; sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (Al-lsra’: 56-57)

Para ahli tafsir mengatakan, ayat di atas turun sehubungan dengan sekelompok orang yang berdo’a dan meminta kepada Isa Al-Masih, malaikat dan hamba-hamba Allah yang shalih dan jenis makhluk jin.
Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam akan rela, jika dikatakan bahwa beliau kuasa menguraikan segala ikatan dan menghilangkan segala kesedihan. Padahal Al-Qur’an menyeru kepada beliau untuk memaklumkan,”Katakanlah, ‘Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al-A’raaf: 188)

“Seorang laki-laki datang kepada Rasululllah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam lalu ia berkata kepada beliau, ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu.” Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam bersabda, ‘Apakah engkau menjadikan aku sebagai sekutu (tandingan) bagi Allah? Katakanlah, “Hanya atas kehendak Allah semata.” (HR. Nasaa’i, dengan sanad shahih)

Di samping itu, di akhir lafazh shalawat nariyah tersebut, terdapat pembatasan dalam masalah ilmu-ilmu Allah. Ini adalah suatu kesalahan besar.
Seandainya kita membuang kata “Bihi” (dengan Muhammad), lalu kita ganti dengan kata “BiHaa” (dengan shalawat untuk Nabi), niscaya makna lafazh shalawat itu akan menjadi benar. Sehingga bacaannya akan menjadi seperti berikut ini:
“Ya Allah, limpahkanlah keberkahan dengan keberkahan yang sempurna, dan limpahkanlah keselamatan dengan keselamatan yang sempurna untuk Muhammad, yang dengan shalawat itu diuraikan segala ikatan …”Hal itu dibenarkan, karena shalawat untuk Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Salam adalah ibadah, sehingga kita boleh ber-tawassul dengannya, agar dihilangkan segala kesedihan dan kesusahan.

Kenapa kita membaca shalawat-shalawat bid’ah yang meru-pakan perkataan manusia, kemudian kita meninggalkan shalawat lbrahimiyah yang merupakan ajaran AI-Ma’sum ?

seputar permasalahan shalawat nariyah

Salah Seorang kiyai Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta menulis sebuah artikel tentang sholawat Nariyah, yang mana jika seorang muslim tidak memiliki pemahaman Ilmu yang benar, maka bisa jadi ia akan terpengaruh oleh syubhat yang dilontarkannya, dimana ia mengatakan bahwa “shalawat Nariyah”, adalah salah satu bacaan yang sangat popular di kalangan kaum muslimin, baik di desa maupun di kota, Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan, maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan Shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya. Berikut ini adalah bacaan shalawat Nariyah yg arti nya :

Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.

Dalam kitab Khozinatul Asror halaman 179 dijelaskan, bahwa “Salah satu shalawat yang mustajab ialah Shalawat Tafrijiyah Qurthubiyah, yang disebut orang Maroko dengan Shalawat Nariyah, karena jika umat Islam mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak yang tidak disukai, maka mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, kemudian tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah.” Selain itu, imam Dainuri mengatakan bahwa : Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat Fardhu sebanyak 11 kali, serta digunakan sebagai wiridan maka rizekinya tidak akan putus, di samping itu, ia akan mendapatkan pangkat kedudukan dan tingkatan orang kaya.”

Demikianlah apa yang difahami oleh sebagian besar kaum muslimin di negri ini, dan mungkin diantara kita pun ada yang pernah membaca shoalwat ini. Dan sebenar nya membaca sholawat adalah hal yang sangat disunnahkan oleh Rasulullah, akan tetapi kita sebagai kaum muslimin hendaknya tidak begitu saja seta merta meyakini apa yang diucapkan oleh seseorang, sekalipun yang berkata adalah seorang Kiyai. Kita harus mencari tahu mengenai kebenaran perkataan tersebut.
Nah untuk mengetahui apakah benar Shalawat Nariyah yang dibaca sebanyak 4444 kali itu dapat mendatangkan rizki dan solusi atas problem hidup yang sulit dipecahkan? Berikut ini akan kami ulas secara tuntas.

Menurut Kiyai Mahrus Ali, ternyata sumber dan asal-usul shalawat Nariyah ini tidak diketahui, padahal beliau telah menelaah buku dan kitab hadits, fiqih, dan tasawuf. Dengan demikian maka jelaslah bahwa sholawat Nariyah adalah sholawat bid’ah yang jika dilakukan maka pelakunya akan diancam dengan Nar alias neraka. Selain itu, jika kita perhatikan Dari segi isi shalawat, maka akan kita temukan banyak sekali kekeliruannya, terutama pada lafadz-lafadz yang artinya: “.. Yang dengannya, maksudnya dengan (Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam) maka segala ikatan menjadi lepas, dengannya segala kesulitan akan lenyap, dan dengannya segala keinginan akan tercapai, dengannya pula segala kebutuhan akan terpenuhi.”. Dengan demikian jelaslah bahwa Menurut shalawat tersebut, yang melepaskan ikatan, kesulitan dan mengabulkan segala keinginan adalah Rasulullah, bukan Allah.

Hal ini jelas mengandung kesyirikan dan bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Dimana Allah subhanahu Wata’ala berfirman dalam surat Yunus ayat 31, yang artinya: “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah ‘Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” Kemudian dalam ayat yang lainnya, Allah subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat14, yang artinya:

“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadah) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.”

Demikianlah ayat-ayat yang sangat jelas, bahwasanya hanya Allah subhanahu Wata’ala lah yang berhak dan mampu melepaskan berbagai kesulitan dan mengabul kan permohonan, bukan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, sebab beliau shalallahu’alaihi wa sallam hanyalah manusia biasa yang diberi kelebihan oleh Allah subhanahu Wata’ala dibanding manusia lainnya.

Namun bukan berarti kita anti-shalawat. Kita tetap harus bershalawat pada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 56, yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”

Selain itu, di dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi dan Nasa’i, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Orang yang paling bakhil adalah seseorang yang jika namaku disebut ia tidak bersholawat untukku.”

Inilah dalil-dalil yang sangat kuat, yang menunjukan bahwa kita diperintahkan untuk bersholawat kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, Akan tetapi hendaknya kitapun mengilmui bagaimana Cara ber-shalawat yang benar kepada Rasulullah, yakni harus sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya. Dan salah satu bentuk bacaan sholawat yang paling singkat adalah dengan mengucapkan “Shalallahu ‘Alaihi Wassalam”.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Post

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Gytha Ravik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
blog serba tersedia